Fakta Jenderal S Parman Adik Petinggi PKI, Jadi Target G30S setelah Tolak Tawaran Gabung Partai

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Nama Letnan Jenderal Siswondo Parman atau S. Parman mungkin tak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Ia adalah salah satu dari tujuh jenderal yang diculik dan dibunuh secara tragis dalam peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965, atau G30S PKI.

Namun, ada sisi lain dari kisah hidup sang jenderal yang jarang diketahui publik.
S. Parman ternyata memiliki hubungan darah dengan salah satu petinggi Partai Komunis Indonesia.
Adalah Ir. Sakirman—kakak kandungnya sendiri—yang menjadi salah satu tokoh penting dalam tubuh PKI.

Ironisnya, hubungan darah itu justru menempatkan S. Parman dalam posisi berbahaya.
Ia sempat ditawari untuk bergabung dengan PKI, namun menolak mentah-mentah.
Penolakan inilah yang kemudian membuatnya masuk dalam daftar eliminasi.

Sebagai seorang perwira tinggi di TNI Angkatan Darat, S. Parman dikenal cerdas dan tegas.
Ia pernah mengenyam pendidikan kedokteran, namun saat Jepang menduduki Indonesia, ia memilih jalan pengabdian melalui militer.
S. Parman bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat—cikal bakal TNI—dan meniti karier dengan cepat.
Ia pernah bertugas di luar negeri, termasuk di London, dan ikut memadamkan pemberontakan APRA di Bandung.

Namun, di tengah menguatnya pengaruh PKI, S. Parman menjadi sosok yang berdiri di garis berseberangan.
Salah satunya, ketika PKI mengusulkan pembentukan “Angkatan Kelima”—buruh dan tani yang dipersenjatai.
S. Parman dengan tegas menolak.
Keputusan ini membuatnya menjadi target politik dan kelak, menjadi korban fisik.

Tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 3 dini hari, rumah S. Parman di Jalan Serang, Jakarta, diserbu oleh sekitar 20 anggota pasukan Tjakrabirawa.
Mereka mengaku membawa perintah Presiden Sukarno untuk menjemput sang jenderal.
S. Parman, tanpa curiga, bersiap dan berganti pakaian dinas.

Namun sebelum berangkat, ia sempat meminta sang istri, Sumirahayu, untuk menghubungi Letjen Ahmad Yani.
Sayangnya, sambungan telepon telah diputus oleh para penculik.

S. Parman pun dibawa secara paksa bukan ke Istana Negara, melainkan ke sebuah lokasi rahasia yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya.

Empat hari kemudian, jasad Letjen S. Parman ditemukan bersama enam perwira tinggi lainnya.
Mereka dimasukkan ke dalam sumur tua, setelah disiksa dan dibunuh secara brutal.
Hasil visum menunjukkan S. Parman mengalami luka tembak di kepala, patah tulang, dan luka parah akibat hantaman benda tumpul.

Beberapa saksi menyebut, malam sebelum penculikan, rumah S. Parman didatangi banyak burung gereja dan burung sriti.
Fenomena ganjil yang kemudian dianggap sebagai firasat akan kepergiannya.

Bahkan, beberapa bulan sebelum peristiwa itu, saat melintasi Taman Makam Pahlawan Kalibata,
ia sempat berkata kepada istrinya, “Kalau saya meninggal nanti, makamkan saya di sini. Ini tempat peristirahatan yang membahagiakan.”

Satu pesan terakhirnya pun menggambarkan kepekaannya akan bahaya:
Saat akan mendampingi Letjen Ahmad Yani ke Nusa Tenggara, ia berkata, “Jeng, hati-hati di rumah ya. Mungkin saya nanti ditembak musuh.”

Dan benar, Jumat dini hari, 1 Oktober 1965, firasat itu menjadi nyata.
S. Parman diculik, disiksa, dan dibunuh dalam salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah Indonesia.

Tragedi G30S PKI menewaskan tujuh jenderal, mengawali gelombang kekacauan politik,
dan menjadi awal dari runtuhnya kekuasaan Presiden Sukarno.
Sebagian besar tokoh PKI kemudian ditangkap dan diadili.
Beberapa dijatuhi hukuman mati, termasuk D.N. Aidit yang dituding sebagai otak di balik gerakan ini.

Setelahnya, kekuasaan berpindah ke tangan Mayor Jenderal Soeharto—mengawali era Orde Baru.

Namun sejarah mencatatLetnan Jenderal S. Parman bukan hanya seorang korban,
melainkan simbol dari keberanian, kesetiaan, dan prinsip teguh dalam membela negara.

Kini, namanya abadi sebagai Pahlawan Revolusi.
Seorang pejuang sejatiyang bahkan ketika ditawari kekuasaan memilih tetap berdiri di jalur kebenaran—meski nyawa jadi taruhannya.

(Tribun-Video.com)

https://medan.tribunnews.com/2021/10/02/padahal-kakaknya-petinggi-pki-inil-alasan-kenapa-jenderal-s-parman-jadi-target-penculikan-g30s?page=all

Program:
Host: Rima Anggi Pratiwi
Editor Video: Januar Imani Ramadhan Receive SMS online on sms24.me

TubeReader video aggregator is a website that collects and organizes online videos from the YouTube source. Video aggregation is done for different purposes, and TubeReader take different approaches to achieve their purpose.

Our try to collect videos of high quality or interest for visitors to view; the collection may be made by editors or may be based on community votes.

Another method is to base the collection on those videos most viewed, either at the aggregator site or at various popular video hosting sites.

TubeReader site exists to allow users to collect their own sets of videos, for personal use as well as for browsing and viewing by others; TubeReader can develop online communities around video sharing.

Our site allow users to create a personalized video playlist, for personal use as well as for browsing and viewing by others.

@YouTubeReaderBot allows you to subscribe to Youtube channels.

By using @YouTubeReaderBot Bot you agree with YouTube Terms of Service.

Use the @YouTubeReaderBot telegram bot to be the first to be notified when new videos are released on your favorite channels.

Look for new videos or channels and share them with your friends.

You can start using our bot from this video, subscribe now to Fakta Jenderal S Parman Adik Petinggi PKI, Jadi Target G30S setelah Tolak Tawaran Gabung Partai

What is YouTube?

YouTube is a free video sharing website that makes it easy to watch online videos. You can even create and upload your own videos to share with others. Originally created in 2005, YouTube is now one of the most popular sites on the Web, with visitors watching around 6 billion hours of video every month.